Inklusi sosial itu untuk pemanfaatan buku, bukan hanya untuk membaca saja, tetapi untuk menerapkanya dalam kehidupan. Sehingga perpustakaan tidak lagi disebut gudang buku.
Kedepannya dikatakan Ferdi bukan hanya warga SAD saja, melainkan juga menyasar anak jalanan seperti anak punk.
“Kedepannya terkait Inklusi sosial itu juga kita targetkan anak jalanan, seperti anak punk dalam pengembangan bakat mereka,” katanya.
Dia mengharapkan, melalui perpustakaan dapat mengubah kehidupan masyarakat, baik perubahan sikap, ekonomi ke arah yang lebih baik.
Ferdi mengakui, dampak pandemi Covid-19 yang mewabah ke Kabupaten Merangin mengakibatkan jumlah kunjungan ke perpustakaan turun drastis. Saat ini yang mengunjungi perpustakaan dari kalangan akademisi atau perguruan tinggi.
LaluSelain itu, Disarsipus juga akan membina usaha bidang kerajinan tangan, UMKM dan usaha rumahan. Namun yang menjadi kendala yakni terbatasnya anggaran, terlebih adanya refocusing untuk penananganan Covid-19. (sup)

Leave a Reply