Bupati Batanghari Muhammad Fadhil Arief (MFA) dinilai punya tiga modal kuat, yang membuat nyali penantangnya ciut, untuk bertarung di Pilkada Batanghari, November mendatang.
Hal ini diungkapkan oleh Pengamat Politik yang juga dosen Universitas Jambi, Arfai. Yang pertama, selama menjabat sebagai Bupati Batanghari, MFA dinilai mahir dalam membangun modal sosialnya bersama masyarakat.
“Saya kira untuk Batanghari lawan politik petahana (MFA.red) lebih pada konteks masih mengukur kekuatan kedalam, menurut hemat saya kekuatan Fadhil Arief cukup mumpuni, yakni modal sosialnya cukup konsisten dipelihara dan dibangun sejak dilantik sampai sekarang,” kata Arfa’i, Rabu (24/4/24).
“Terbukti dengan suara PPP dalam Pileg kemarin,” sambung Dosen Fakultas Hukum Universitas Jambi (UNJA) itu.
Selain itu Arfa’i menyebutkan, MFA juga apik membangun modal kulturalnya di masyarakat. Hal ini ditopang dengan mesin politik dan birokrasi yang saat ini digenggamnya
Lanjut Arfai, modal Finansial MFA pada Pilkada kali ini tak bisa lagi dipandang sebelah mata. Hal ini bisa tergambar dari laporan kekayaannya di situs LHKPN KPK. Kekuatan finansial juga menjadi elemen penting bagi MFA untuk memecahkan mitos petahana yang selalu kalah di Pilkada Batanghari.
“Nah itulah beberapa penyebab lawan politik Fadhil Arief masih hitung-hitungan untuk bertarung dalam Pilkada 2024 ini,” jelasnya.
Ketua Jurusan Ilmu Politik dan Pemerintahan di UNJA ini juga menyinggung nama Muhammad Hafiz Fattah yang dinilai potensial untuk melawan Fadhil Arief.
Namun Arfa’i kurang yakin, anak mantan Bupati Batanghari dua periode tersebut bakal jadi penantang Bupati petahana, apa lagi dengan mengorbankan jabatan baru yang dimenangkannya pasca pileg kemarin sebagai DPRD Provinsi Jambi.
“Selain itu, ada potensi lawan petahana yakni Hafiz Fattah yang dari awal diekspos, namun melihat kekuatan petahana saat ini, ditambah dengan putusan MK yang menyatakan anggota legislatif mesti mundur jika mencalonkan kepala daerah, maka ini jadi pertimbangan juga bagi anggota DPRD yang mau maju sepertinya lebih menggunakan perhitungan politik yang matang dan rasional,” papar lelaki lulusan S3 Universitas Sriwijaya itu.
Lebih jauh Arfa’i mengilustrasikan, kalaupun trah Alm. Abdul Fattah dan Syahirsah bergabung, MFA masih terlalu perkasa untuk ditakhlukan.
“Saya kira bersatupun trah Abdul Fattah dengan Syahirsyah masih sulit jika bertarung dengan petahana di pilkada 2024 ini,” pungkas Arfa’i.