Wartawan yang menyebalkan adalah dia yang tak bisa kau beli dan kuasai meski engkau memiliki banyak uang dan kekuasaan.

Wartawan yang menyebalkan adalah anjing yang menggonggongmu jika engkau berniat busuk dan mau bertindak jahat.

Menjadi wartawan yang “menyebalkan” memang pilihan. Sebab, banyak pula wartawan yang menyenangkan bagi narasumbernya.Sebab semua yang ditanyakan, semua yang digali dari narasumber hanya yang baik-baik saja.

Itulah sebabnya, wartawan yang menyebalkan cuma sedikit jumlahnya. Sebab, selain kudu terus belajar, juga memiliki risiko besar untuk disakiti oleh pihak-pihak yang tak menyukai tulisannya.

Maka tak heran kiranya, banyak wartawan yang menyebalkan menjadi korban kekerasan pihak yang berkuasa tapi  bertelinga tipis dan tak dapat menahan amarah.

Mereka yang menjadi korban kekerasan adalah Muhammad Fuad Syahfrudin alias Udin (jurnalis Harian bernas Yogyakarta tewas tahun 1996), Naimullah (jurnalis Harian Sinar Pagi, Kalimantan Barat tewas 25 Juli 1997), Agus Mulyawan (jurnalis Asia Press tewas di Timor-Timur, 25 September 1999), Muhammad Jamaludin (jurnalis TVRI di Aceh, tewas 17 Juni 2003), Ersa Siregara (jurnalis RCTI tewas 29 Desember 2003).

Baca juga :  Cipayung Plus dan Aliansi Masyarakat Peduli Kerinci : DPRD kabupaten Kerinci Terkesan Menutup Diri

Selain itu, Herliyanto (jurnalis tabloid Delta Pos, tewas 29 April 2006), Adriansyah Matra’is Wibisono (jurnalis TV lokal Merauke, tewas 29 Juli 2010), dan Alfred Mirulewan (jurnalis tabloid Pelangi, Maluku, ditemukan tewas 18 Desember 2010, Muhammad Yusuf, 42 tahun, wartawan Kemajuan Rakyat dan Berantas News, yang tewas di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Kotabaru pada Minggu 10 Juni 2018.