selayang.id, JAKARTA — Sejak dikasih amanah sebagai Ketua Umum Ikatan Wartawan Online pada akhir tahun 2017 hingga kini, nyaris setiap minggu saya menerima laporan adanya tindak kekerasan yang dialami oleh kawan-kawan wartawan.

Di luar urusan siapa yang salah, melakukan tindak kekerasan–apalagi kepada wartawan yang sedang melakukan tugas peliputan–adalah tidak dibenarkan secara hukum.

Bagi mereka yang kurang paham dengan tugas-tugas wartawan yang selalu ingin tahu, ceriwis dalam bertanya, membuka aib pejabat; memang menjadi profesi yang menyebalkan. Tapi begitulah suratannya, jika seseorang mau jadi wartawan yang baik, yang hebat, dan dikenang sejarah, memang harus menjadi wartawan yang menyebalkan.

Wartawan yang membuat narasumbernya kehabisan kata-kata karena semua data yang dia punya dikuras habis oleh sang wartawan.

Wartawan yang menyebalkan adalah yang membuat muka narasumbernya merah padam lantaran tak bisa mengelak untuk bicara terbuka soal-soal yang ditanyakan sang wartawan.

Wartawan yang menyebalkan adalah yang mampu membuat narasumbernya tersipu malu lantaran dirinya tak bisa bersembunyi oleh cecaran pertanyaan sang wartawan yang memiliki data lengkap tentang masalah yang ditanyakan.

Baca juga :  Kasus Oknum Guru SMPN 13, Wali Kota Bekasi Menangis di Hadapan Siswa: Jangan Takut Speak Up”

Wartawan yang menyebalkan adalah yang membuatmu merasa semua dosa-dosamu kepada rakyat ditulis secara rinci dengan data yang akurat.

Wartawan yang menyebalkan adalah yang membuatmu keder saat bertatapan mata dengannya dan lantas membuatmu murka dan mengajak teman-temanmu mengeroyoknya.