OGAN KOMERING ILIR, — Pra-Peluncuran aplikasi “OKI Mart” oleh Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) OKI menuai kritik tajam dari berbagai kalangan, termasuk dari Presiden Mahasiswa (Presma) Universitas Islam OKI (UNISKI). Aplikasi yang ditujukan untuk memfasilitasi jual beli daring masyarakat OKI ini dianggap tidak etis dan tidak tepat sasaran di tengah kondisi infrastruktur daerah yang dinilai masih sangat memprihatinkan.
Dalam pernyataannya, Presma UNISKI Rio Hakan Sukur Mahasiswa Hukum, menilai bahwa pemerintah daerah seharusnya lebih fokus membenahi aset-aset yang sudah ada, seperti pasar tradisional, daripada menciptakan program-program digital yang belum tentu berdampak langsung pada peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD).
“Iya, boleh saja jika ingin menjadikan OKI lebih digital, tetapi jika OKI Mart ini tidak bisa menambah PAD, untuk apa? Tidak mungkin aplikasi ini tanpa anggaran. Lebih baik APBD kita digunakan untuk membenahi infrastruktur yang saat ini sangat kurang, apalagi di pasar tradisional,” kata rio usai menghadiri sosialisasi oki mart di mamami kayuagung Minggu (8/6/2025) malam.
Pasar tradisional di Kayuagung menjadi salah satu contoh yang disorot. Fasilitas parkir yang semrawut dinilai tidak sejalan dengan semangat “OKI Maju, Makin Melaju” yang menjadi slogan pemerintah kabupaten. Menurutnya, penerapan sistem e-parking yang berbasis digital justru lebih relevan sebagai bentuk transformasi digital yang nyata dan menyentuh langsung kebutuhan masyarakat.
“Kenapa tidak kita benahi pasar dulu? Pasang sistem e-parking, itu baru digitalisasi. Ada teknologi, ada pendapatan. Bukan justru membuat aplikasi yang tidak jelas dampaknya dan justru berpotensi menggerogoti APBD kita,” tambah rio
Presma UNISKI, Rio juga mempertanyakan transparansi serta dasar hukum dari pengembangan OKI Mart. Ia menegaskan bahwa jika memang aplikasi ini diklaim mampu memberikan kontribusi terhadap PAD, maka seharusnya ada produk hukum yang mendasarinya, seperti Peraturan Daerah (Perda), serta perhitungan yang jelas terkait estimasi kontribusi PAD yang akan diberikan aplikasi tersebut.
“Kalau memang OKI Mart bisa menambah PAD, mana Perdanya? Dan kira-kira, berapa angkanya? Kita ini sedang defisit anggaran yang sangat tidak wajar. Jadi program-program baru harus betul-betul dipertimbangkan dan tidak sekadar menjadi proyek tim sukses.” ungkapnya
Ia pun mengingatkan Bupati OKI selaku kepala daerah untuk lebih selektif dalam memilih program-program yang diajukan, dan agar tidak terjebak dalam pencitraan digitalisasi semu.
“Slogan ‘OKI Maju, Makin Melaju’ bukan tentang menambah hal baru, tapi tentang merawat dan memperbaiki yang sudah ada. Jangan hanya karena ingin terlihat modern, kita justru mengabaikan hal-hal mendasar yang lebih dibutuhkan masyarakat,” tutupnya.