Selayang.id, Jambi– Sekretaris Daerah Provinsi Jambi H. Sudirman, SH,MH menutup secara resmi Lomba Pantun Inovasi Melayu Jambi di masa Pendemi covid-19 tahun 2020, Kamis (26/11) bertempat di Swiss Bell Hotel. Acara yang diselenggarakan oleh Dharma Wanita Persatuan Provinsi Jambi bekerjasama dengan Balitbangda Provinsi Jambi ini mengambil tema “Adaptasi Kebiasaan Baru (AKB) Untuk Jambi Sehat Bebas Covid 19.

Hadir pada kesempatan tersebut Ketua Dharma Wanita Persatuan Provinsi Jambi Hj. Iin Kurniasih Sudirman, Kepala Balitbangda Provinsi Jambi Azrin, dan pengurus Dharma Wanita Persatuan Provinsi dan Kab/Kota se-Provinsi Jambi.            Lomba Pantun  inovasi ini dibagi dalam 3 kategori yaitu kategori masyarakat umum, perguruan tinggi dan kategori SLTA sederajat dengan total hadiah lebih kurang Rp. 40 juta.

Jumlah peserta yang mendaftar sebanyak 115 pasangan terdiri dari kategori masyarakat umum sebanyak 46 pasangan, kategori perguruan tinggi sebanyak 44 pasangan dan kategori SLTA sederajat sebanyak 50 pasangan. Dari pendaftar tersebut pada tanggal 23 Nopember 2020 telah dilakukan seleksi oleh tim juri dan meloloskan 59 pasangan untuk masuk pada babak semifinal yang terdiri dari 23 pasangan untuk kategori masyarakat umum, 22 pasangan untuk kategori SLTA sederajat, dan 13 pasangan untuk kategori perguruan tinggi.  Dari 59 yang masuk semi finak ini pada akhirnya ditetapkan 28 pasangan yang masuk final yaitu 10 finalis kategori masyarakat umum, 10 finalis kategori SLTA sederajat dan 8 finalis kaegori perguruan tinggi untuk memperebutkan juara I,II,III serta juara harapan I,II, dan III untuk semua kategori.

Baca juga :  Bupati Batang Hari Pimpin Apel Siaga Darurat Bencana Hidrometeorologi Tahun 2025

Para peserta mendapatkan piala dan uang pembinaan. Sekretaris Daerah dalam sambutannya menyatakan bahwa kegiatan ini dapat menjadi salah satu media edukasi, hiburan,  dan penumbuh kembangkan kreativitas budaya sastra Jambi dari berbagai lintas generasi. “ Pantun Melayu Jambi menunjukkan realita dan fakta yang terjadi di tengah- tengah masyarakat, atau tentang alam, dan lingkungan; serta tidak terpisahkan dengan sistem komunikasi masyarakat. Di samping itu, bahasa yang digunakan sederhana dan mudah dimengerti, aksentuasi yang enak didengar, serta biasanya diiringi oleh alat musik tradisional.